Pengikut

Senin, 02 Agustus 2010

Nikmat dan Dosa

SEORANG HAMBA yang bernama manusia jika diberikan nikmat kesehatan, kedudukan, dan harta dari Tuhan, mereka menjadikan itu semua sebagai jalan untuk melakukan perbuatan maksiat. Jika diuji dengan kesusahan, sakit, dan lain-lain, mereka berburuk sangka terhadap ketentuan tuhan. Mereka mengeluh, tidak mampu mensyukuri nikmat, dan tidak bersabar terhadap ujian-Nya. Kesehatan yang ada pada diri seorang hamba dia pergunakan untuk bermaksiat. Sedangkan ujian atau malapetaka membuatnya kufur nikmat dan mengeluh kepada Tuhan. Ketika Tuhan membukakan jalan, dia tidak mau membukanya, malah memilih jalan nafsu dan setan. Ketika diutus seorang nabi dan rasul, dia malah mengingkari dan lebih memilih untuk mengatakan, "aku tidak akan menjual kenikmatan dunia yang tampak dengan kenikmatan akhirat yang belum jelas. Aku tidak akan meninggalkan dunia yang aku lihat dengan mata kepala dengan sesuatu yang hanya bisa didengar."
Uraian di atas merupakan fenomena kenyataan hidup manusia yang sering membalut hidup mereka dengan dosa dan maksiat. Selayaknya orang-orang yang telah memenuhi hidup mereka dengan dosa agar segera bertobat. Rahmat Allah sangat luas dan terbuka bagi siapa saja yang kembali kepada-Nya. Allah swt berfirman dalam sebuah hadits Qudsi,

"Jika kamu datang kepada-Ku, pasti Aku menerimamu. Jika kalian datang pada malam hari, Aku pun akan menerimamu. Jika datang pada siang hari, Aku juga akan menyambutmu. Jika kamu mendekat satu jengkal tangan saja, maka Aku akan mendekatimu satu hasta (dari siku sampai jari-jari tangan). Jika kamu mendekati-Ku dengan satu hasta saja, maka Aku akan mendekat kepadamu satu depa. Jika kamu menemui-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan menemuimu dengan berlari. Sekiranya kamu kembali bertobat kepadaku dengan membawa segudang dosa selain syirik, niscaya Aku akan datang dengan membawa segudang pahala ampunan untukmu. Kalau dosa-dosamu mencapai puncak gunung atau ke awan sekalipun, kemudian kamu kembali kepada-Ku dengan memohon ampunan, maka pasti Aku akan mengampunimu. Tidak ada yang lebih pemurah dari-Ku. Aku Mahakaya dari pada yang lain.
Orang yang meninggalkan sesuatu karena Aku, maka Aku akan memberikannya lebih dari yang ia butuhkan. Siapa yang ingin ridha-Ku, maka aku akan memenuhi lebih dari yang ia mau. Orang yang melakukan sesuatu atas dasar daya dan kekuatan-Ku, maka besi sekalipun akan Aku lunakkan untuknya. Ahli zikir dan ahli syukur adalah kekasih-Ku. Orang-orang yang bermaksiat kepada-Ku, tidak akan aku putuskan dari rahmat-Ku. Jika mereka kembali kepada-Ku, maka Aku adalah kekasih mereka. Aku sungguh mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang bersuci. Jika mereka belum bertobat, maka Aku adalah dokter mereka. Aku memberi ujian kepada mereka, agar mereka dapat membersihkan aib dan kesalahan mereka. Orang yang lebih mendahulukan Aku daripada yang lain, maka Aku akan mendahulukannya dari yang lain.
Satu kebaikan dari-Ku bernilai sepuluh bahkan bisa mencapai tujuh ratus kali lipat dan seterusnya. Satu kejahatan dari-Ku bernilai satu. Jika hamba-Ku menyesal dan meminta ampun, maka Aku akan mengampuninya. Aku sangat menyambut amal saleh walau sedikit. Aku akan memberikan ampunan kepada orang yang mau kembali kepada-Ku. Rahmat-Ku lebih Aku dahulukan dari pada murka-Ku. Kasih sayang-Ku jauh lebih Aku inginkan dari siksa-Ku. Ampunan dari-Ku lebih Aku cintai dari sisaan-Ku. Aku jauh lebih sayang kepada hamba-hamba-Ku daripada seorang ibu yang mencintai anaknya."        
(Majdi Muhammad Asy-Syahawi).
Tapi mesti diingat saudaraku jangan sampai firman Allah swt. tersebut membuat kita semakin sering meremehkan dosa-dosa sehingga sering mengulang-ulangnya di kemudian hari. Rahmat Allah swt. memang sungguh luas tetapi bukan untuk dipermainkan.  dalam hadits dhaif dari Ibnu abbas dengan status marfu' kepada Rasulullah saw., beliau berkata,
"Orang yang bertobat dari dosa sama seperti orang yang tidak mempunyai dosa. Dan orang yang beristighfar dari dosa, namun masih mengerjakan perbuatan dosa, orang itu sama saja mengejek Tuhan."

Selasa, 01 Juni 2010

Bimbang dan Sedih

Berbaik Sangka Terhadap Bimbang dan Sedih

Dalil Sunah
Nabi saw bersabda " tidak seorang muslim pun yang ditimpa kesulitan namun tidak mersa sakit, tidak bimbang, tidak sedih, dan tidak pula galau hingga duri yang menyakitinya, melainkan dengan itu Allah akan menghapuskan dosa dan kesalahannya."   (HR Bukhari-Muslim)
Abu sa'id bin Khudri meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Tidak sesuatu pun yang menimpa atau menyakiti seorang mukmin berupa kesulitan dan penyakit, bahkan kebimbangan, melainkan dengan demikian Allah akan menghapuskan dosa dan kesalahannya." (HR Ahmad)
'Aisyah meriwayatkan, rasulullah saw bersabda, "Apabila dosa dan kesalahan seorang hamba telah menumpuk, sementara dia tidak mempunyai apapun untuk menghapuskannya, maka Allah akan mengujinya dengan kesedihan agar kesedihan itu menghapuskan dosa dan kesalahannya." (HR at-Tirmidzi)

Definisi Sedih Menurut Bahasa
Ia berasal dari kata al-Huzn dan al-hamm, sedangkan bentuk plurnya adalah ahzan dan hazin, maka orang yang sedih itu disebut Haznan dan Mihzan. Seorang menjadi sedih karena sesuatu. Ahzanahu berarti menjadikannya sedih. 'Amul-Huzn adalah tahun di mana Khadijah dan Abu Thalib meninggal dunia. Dan Tahazzana 'Alaihi maksudnya adalah sakit.

Perbedaan antara Al-Hamm (Bimbang) dan Al-Huzn (Sedih)
Imam as- Suyuthi berkata bahwa Nabi saw pernah berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perasaan bimbang dan sedih."
Al-Khaththabi berkata, "Kebanyakan manusia tidak mampu membedakan antara al-Hamm (bimbang) dan al-Huzn (sedih), tetapi yang sedih itu biasanya terjadi pada sesuatu yang sudah terjadi, sedangkan bimbang pada apa yang belum terjadi.

Rasulullah saw Berlindung dari Sedih dan Bimbang
'Amru bin Abi 'Amru maula al-Muthallib bin 'Abdullah bin Hanthab menceritakan bahwa dia mendebgar Anas bin Malik berkata, "Rasulullah saw berkata kepada Abu Thalhah, 'Carikanlah kami pembantu dari pembantu-pembantu kalian," maka aku (Anas) pergi bersama Abu Thalhah berboncengan. Aku sudah membantu Rasulullah saw setiap kali dia turun, maka aku mendengar dia sering berdoa dengan mengucapkan, 'Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bimbang dan sedih, lemah, dan pemalas, kikir dan dungu (penakut), dililit hutang dan dikalahkan."
Aku selalu membantunya hingga kami kembali dari Khaibar dan dia membawa Shafiyyah binti Huyay dia berjalan dan mendahuluinya, aku melihat dia memberinya pakaian kemudian memboncengnya, hingga kami sampai ke Shahba".  Rasulullah membuatkan makanan dan menyimpannya pada suatu tempat, kemudian dia menyuruhku untuk memanggil manusia, maka akupun memanggil laki-laki yang ada. Mereka pun makan, dari sanalah Rasulullah mulai hidup bersama (menikah) dengan Shafiyyah, kemudian dia kembali hingga dia sudah melihat Uhud dengan jelas, seraya berkata, 'Gunung ini mencintai kita dan kita pun mencintainya," ketika akan memasuki kota Madinah dia berdoa, Ya Allah sesungguhnya aku telah memuliakan apa yang ada di antara dua gunungnya (Madinah sebagai tanah haram) sebagaimana Ibrahim memuliakan Mekah. Ya Allah, berkahilah penduduknya dan berkahilah takaran dan timbangan mereka."      (HR Bukhari)
Anas bin Malik menceritakan, dia berkata, " Aku sering mendengar Nabi saw berdoa dengan doa0doa berikut ini  "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bimbang dan sedih, lemah dan pemalas, kikir dan dungu (penakut), dililit hutang, dan dikalahkan atau dipaksa." (HR at-Tirmidzi)
Anas meriwayatkan dari Nabi saw "Bahwa Nabi berlindung dari delapan perkara; bimbang dan sedih, lemah dan pemalas, dungu (penakut) dan kikie serta dililit hutang dan dipaksa."  (Musnad ath-Thayalisi)
Pertanyaan yang timbul sekarang adalah "kalau bimbang dan sedih merupakan penghapus dosa, kenapa Rasulullah saw berlindung dari keduanya?"  Jawabannya adalah boleh jadi Rasulullah berlindung dari sedih dan bimbang yang akan menggiring seorang seorang muslim keluar untuk melakukan maksiat kepada Allah dan menantang qada dan qadar-Nya.
Sedangkan sedih yang akan menghapuskan dosa kita kenal melalui hadis Rasulullah saw ketika putra Ibrahim meninggal dunia, dia bersabda ' Sesungguhnya mata ini akan mengeluarkan airnya (menangis) dan hati ini akan sedih, dan kita tidak akan mengatakan kecuali apa-apa yang akan diridhai oleh Allah Tuhan kita. DEmi Allah, sesungguhnya kami benar-benar sedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim." (HR Ahmad)
Dan boleh jadi Rasulullah saw berlindung dari kesedihan yang diderita oleh penghuni neraka.
'Abdullah bin 'Umar menceritakan, Rasulullah saw bersabda, "Ketika penduduk surga telah memasuki surga dan penghuni neraka telah memasuki neraka, maka mati (bentuk seperti makhluk) akan didatangkan dan diletakkan antara surga dan neraka, kemudian disembelih. Setelah itu terdengar panggilan, 'Wahai penduduk surga, tidak ada lagi kematian, dan wahai penghuni neraka, tidak ada lagi kematian." Maka  penduduk surga bertambah gembira, sementara penghuni neraka semakin bertambah kesedihan mereka." (HR Bukhari-Muslim)
Ibnu 'Abbas berkata, "Yang dimaksud dengan firman Allah Segala puji bagi Allah yang telah membuang kesedihan dari kami   adalah kesedihan penghuni neraka." (HR al-Hakim)
Sesungguhnya di neraka Jahannam terdapat satu lembah yang diberi nama Jubbul-Huzn (lembah kesedihan).
Abu Hurairah menceritakan, Rasulullah saw bersabda, "Berlindunglah kepada Allah dari Jubbul-Huzn."
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu Jubbul-Huzn?"
Beliau bersabda, "Itu adalah sebuah lembah dalam neraka Jahannam, bahkan neraka Jahannam pun berlindung darinya seratus kali dalam sehari."
Ada yang bertanya kepada Rasulullah, "Siapa yang akan masuk kedalam lembah itu wahai Rasulullah?"
Beliau bersabda, "para Qari (ahli membaca al-Quran) dan orang-orang yang beramal karena pamer, ingin dilihat oleh orang lain." (Hr at-Tirmidzi)

Anjuran Rasulullah saw tentang Doa Pengusir Kebimbangan dan Kesedihan
Ibnu Mas'ud meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Tidak sekalipun hamba yang membaca doa berikut ini bila dia ditimpa kebimbangan atau perasaan sedih,

Allahumma inni 'abdukabnu' abdikabnu amatika, naashyyatii biyadika, maa dhimfiyya hukmuka, 'adlumfiyya qadha uka, as aluka bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahu fii kitaa bika, au 'allamtahu ahadan min kholqika, awis ta'  tsar tabihi fii 'ilmi ghaibi 'indaka,  antaj'alilqur ana robii  'aqalbii, wanuura basharii, wajalaa akhuznii,  wadzahaabahammii  (huruf dobel dibaca panjang)
Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-hamba-Mu, anak budak-Mu, kehidupanku ada dalam genggaman-Mu, ketentuan-Mu berlaku pada diriku, hukum-Mu sangat adil terhadapku, aku meminta kepada Engkau dengan segala nama di mana Engkau telah memberi nama Zat-Mu dengan nama itu, atau Engkau turunkan ia dalm kitab-Mu atau Engkau ajarkan ia kepada salah seorang makhluk-Mu, atau Engkau simpan ia dalam ilmi ghaib di sisi-Mu, jadikanlah al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, sebagai cahaya penglihatanku dan sebagai pengusir rasa sedihku dan pembuang rasa bimbangku,     Melainkan Allah akan mengusir kebimbangannya dan menggantikannya dengan kegembiraan."
Mereka bertanya, "Rasulullah, sepatutnyalah kami mempelajari doa ini,"
Rasulullah bersabda, "Ya, bagi orang-orang yang mendengar sangat patut untuk mempelajarinya."  (HR Inu Hibban).                                        (oleh  M. 'Ali 'Utsman Ali Mujahid.  Maghfirah Pustaka).

Minggu, 30 Mei 2010

Tanda-tanda Hati yang Sehat dan yang Sakit

Definisi Penyakit Hati

Setiap indra badan diciptakan untuk fungsi tertentu. Kesempurnaanya terletak pada kemampuannya menjalankan fungsi tujuan penciptaannya. hal itu berarti penyakitnya adalah apabila tidak mampu menjalankan peran yang telah dicipta untuknya atau mampu melakukannya, tetapi dengan banyak kekurangan.
Penyakit tangan, bila tidak dapat memegang. Penyakit mata, bila tidak dapat melihat. Penyakit lisan bila tidak mampu berbicara. Penyakit badan, bila tidak dapat bergerak secara alami dan lemah. Adapun penyakit hati adalah apabila tidak mampu memenuhi tujuan penciptaanya. yaitu untuk mengenal Allah, mencintai-Nya, merindukan pertemuan dengan-Nya, bertaubat kepada-Nya, dan mampu mengalahkan hawa nafsunya.
Bila seorang hamba mengetahui segalanya dan tidak mengenal Tuhannya, seakan-akan dirinya tidak mengetahui apa-apa, meski mendapatkan seluruh kesenangan dan kemewahan dunia. Orang seperti itu, yang tidak memperoleh kasih sayang Tuhannya, tidak merindukan-Nya, dan tidak bercengkrama dengan-Nya, seperti tidak memperoleh kenikmatan apapun. Bahkan sebaliknya, bila hati kosong dari semua itu, semua kesenangan dan kemewahan tersebut pasti akan berubah menjadi  azab baginya. Dia akan tersisa dari dua sisi dengan cara yang sama ia dapatkan kenikmatan semu.
Sisi pertama, penyakit hati akan membuat dirinya terhalang dari segala pencapaian duniawi, meski nafsunya bergantung kuat kepadanya. Sisi kedua, ia kehilangan sesuatu yang lebih baik, lebih bermanfaat. dan lebih abadi, di mana itu semua tidak ia dapatkan.
Alangkah malangnya orang yang seperti itu karena nikmat yang sudah ada digenggamnya lepas, sedangkan nikmat yang lebih besar lagi tidak dapat diraihnya.
Siapa saja yang mengenal Allah swt pasti akan mencintai-Nya, ikhlas beribadah kepada-Nya, dan sama sekali tidak terpengaruh oleh segala keindahan yang lainnya. siapa yang lebih mengutamakan yang selain Allah swt berarti hatinya sakit. sama halnya dengan perut, bila terbiasa menampung makanan yang kotor-kotor, maka berpengaruh kepada yang bersih-bersih. akhirnya, nafsu kepada makanan yang bersih menjadi hilang digantikan oleh keserakahan kepada yang kotor.

Mendeteksi Penyakit Hati

Terkadang hati diserang penyakit dan sakitnya semakin bertambah parah, tetapi tidak disadari oleh empunya karena kesibukab dan keengganannya mengetahui kesehatan hati dan sebab-sebabnya.. bahkan terkadang hati telah mati dan tidak dirasakan oleh si empunya. tanda-tanda hati yang seperti itu adalah keburukan yang melukainya tidak membuatnya sakit. Kebodohannya akan kebenaran dan odeologinya yang batil tidak membuatnya merasa sakit.
 Karena sesungguhnya bila di dalam hati terdapat kehidupan, pasti akan sakit bila keburukan menimpanya. Mengaduh bila kebodohannya akan kebenaran menjangkitinya, sesuai kadar kehidupannya.
Si mayit tidak merasakan luka yang menggoresnya.
Harus Sabar Meminum Obat
Terkadang seseorang merasa hatinya sakit, tetapi berat menanggung pahitnya obat dan bersabar. Ia lebih memilih penyakitnya daripada pahitnya obat. Karena obatnya terdapat pada penolakannya terhadap hasrat keinginannya. Yang demikian itu lebih berat bagi nafsunya. Padahal, untuk mengobati penyakit hati tidak ada yang lebih bermanfaat daripada memerangi keinginan nafsunya.
Terkadang bertekad untuk sabar, kemudian lama-kelamaan tekadnya menjadi kendur dan tidak berlanjut karena lemah ilmunya, kesadarannya, dan kesabarannya. Keadaanya persis seperti orang yang memasuki jalan menakutkan yang akan membawanya ke tujuan yang aman. ia sadar bahwa bila saja ia besabar menempuhnya, maka ketakutan akan berlalu dan rasa aman akan tiba. Pada kondisi seperti itu ia butuh kekuatan sabar dan keyakinan yang aka membawanya ke jalan keselamatan. Manakala kesabaran dan keyakinan melemah, ia akan berbalik arah, enggan menanggung beratnya perjalanan, terlebih bila tiada kawan yang menyertainya dan takut dengan kesendiriannya. Saat itu ia akan bertanya, kemana perginya orang-orang? saya mempunyai contoh terhadap orang seperti mereka. Seperti itulah keadaan mayoritas umat manusia dan itu akan membawa kebinasaan mereka.

Tanda-tanda Penyakit Hati
Yang dimaksud tanda-tanda penyakit hati adalah, berpaling dari " makanan yang bergizi" kepada "makanan yang bebahaya". Lebih memilih obat yang lebih berbahaya dari pada obat yang bermanfaat.
Di sini ada empat kata kunci, makanan yang bergizi (bermanfaat), obat yang menyembuhkan, makanan yang berbahaya, dan obat yang merusa.

Tanda-tanda Kesehatan Hati
hati yang sehat adalah apabila makanan yang bergizi mengalahkan makanan yang berbahaya, sedangkan hati yang sakit adalah kebalikannya. makanan yang paling bermanfaat bagi hati adalah iman. sedangkan obatnya adalah al-Qur'an. Keduanya mengandung gizi dan obat.
Juga termasuk dari tanda-tanda kesehatannya ialah meninggalkan (kesenangan) dunia hingga berlabuh akhirat dan bertyempat di sana seakan-akan dirinya bagian dari penduduk  akhirat. Dijadikan dunia ini sebagai tempat asing. ia mengambil kebutuhannya seperlunya saja, kemudia kembali ke tempat tanah airnya. Seperti sabda Rasulullah saw kepada Abdullah bin Umar, " Hiduplah di dunia seakan engkau orang asing atau penyeberang jalan. Dan anggaplah dirimu sebagai penghuni kubur. "  (HR Bukhari)

Hiduplah engkau di surga 'Adn
Karena itulah istanamu
Akan tetapi musuh menawan kita
Akankah kita kembali ke negeri kita dengan selamat? 

Imam Ali ra berkata, "Sesungguhnya dunia telah berjalan mundur dan akhirat semakin dekat. Keduanya mempunyai penghuni masing-masing. Jadilah penghuni akhirat dan janganlah kalian menjadi pemuja dunia. Sesungguhnya dunia tempat beramal bukan hisab (perhitungan ), sedangkan esok (akhirat) tempat hisab bukan amal (berbuat)."
Manakala hati sehat dari penyakitnya, ia akan berangkat menuju akhirat dan semakin mendekatinya sehingga menjadi bagian dari penghuini akhirat. Manakala hati sakit, ia akan bersemayam di dalam dunia sehingga menjadi penghuni dunia.
Di antara tanda-tanda kesehatan hati adalah akan senantiasa memperingatkan pemiliknya hingga kembali kepada Allah swt, bergantung kepada-Nya bagaikan orang yang dimabuk cinta merindukan kekasihnya.. Tiada kehidupan baginya, tiada pula kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan, melainkan dengan keridhaan-Nya, kedekatann-Nya, dan kasih sayang-Nya. Ia merasa tenang dan damai bernaung di bawah-Nya, kepada-Nya ia bertawakal, dengan-Nya ia percaya, dan karena-Nya ia takut.
zikir menjadi makanannya dan kesukaannya, rindu pada-Nya sebagai kehidupan, kenikmatan, dan kebahagiaannya. Berpaling kepada selain-Nya dan bergantung dengan selain-Nya adalah penyakitnya dan kembali kepada-Nya adalah obatnya.
Bila dapat menggapai tuhannya, ia akan merasa tenang dengannya. Keguncangan dan keraguan akan hilang. Lubang hatipun tertutup. Sesungguhnya di dalam hati terdapat lubang yang hanya dapat ditambal oleh Allah swt saja. Twerdapat penyakita yang tidak dapat disembuhkan, kecuali dengan tulus ikhlas hanya menyembah-Nya saja. 
hati selalu mengingatkan pemiliknya sehingga merasa tenang kembali kepada tuhan sesembahannya. Pada saat itu, muncul semangat hidup, merasakan nikmatnya, dan tercipta kehidupan baru untuknya selai kehidupan orang-orang yang lalai, yang jauh dari perintah ini, yang karenanya makhluk dicipta, surga dan neraka dibuat. Untuknya Rasul dikirim dan kitrab suci diturunkan. Bila saja, umpamanya, tidak ada balasan selain wujud dirinya, yang demikian itru sudah cukup sebagai balasan baginya.
Sebagian kaum 'Urafa berkata, "Semiskin-miskinnya penduduk dunia adalah mereka yang meninggalkan dunia tanpa pernah merasakan makanannya yang paling lezat." Apa itu makanan yang paling lezat di dunia? makanan yang paling lezat di dunia adalah mahabatullah (mencintai Allah), becengkrama dengan-Nya, merindukan pertemuan-Nya, menikmati zikir-Nya, dan taat kepada-Nya.
Sebagaian lain berkata, "Sesungguhnya akan menghampiriku suatu masa, dimana akan aku akan berkata, "Bila saja penduduk  surga seperti ini, niscaya mereka berada dalam kehidupan yang baik."
Sebagian lain berkata, " Demi Allah, dunia (kehidupan) tidak akan baik, kecuali dengan mencintai-Nya dan menaati-Nya. Tidak pula surga, kecuali dengan memandang-Nya dan menyaksikan-Nya."
Abu Hasan al-warraq berkata, " Hidupnya hati dengan selalu mengingat Yang Mahahidup lagi kekal abadi."
Oleh karena itu al-Faut (lepas dari Allah) bagi kaum 'Urafa, lebih berat bagi mereka daripada kematian. Karena al-Faut berarti keterasingannya dari al-Haq (Allah), sedangkan kematian hanya terputus dari Makhluk. Alangkah jauhnya perbedaan keduannya.
Yahya bin Mu'adz berkata, " Barang siapa yang senang mengabdi kepada Allah swt segala sesuatu senang untuk mengabdi kepadanya. Siapa yang matanya senang dengan Allah, semua mata akan senang memandangnya."
Diantara tanda-tanda hati yang sehat adalah tidak bosan mengingat Tuhannya, selalu mengabdi kepada Tuhannya, tidak bercengkrama dengan selain-Nya, kecuali dengan orang yang menunjukkan jalan kepada-Nya, dan selalu mengingatkannya.
Termasuk tanda-tanda yang lain adalah bila kehilangan Allah akan terasa sakit baginya melebihi sakitnya orang rakus yang kehilangan hartanya.. Berhasrta untuk selalu mengabdi seperti orang yang lapar merindukan makanan dan minuman. Bila waktu shalat datang, nafsunya kepada dunia hilang dan bergegas untuk segera keluar darinya karena di situlah ia temukan kebahagiaan dan kenikmatannya. Keinginannya hanya satu, untuk selalu bersama Allah swt. Perhatiannya untuk selalu memperbaiki perbuatannya lebih besar dari pada perbuatan itu sendiri. Itulah tanda-tanda hati yang sehat dan hidup. (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Maghfirah Pustaka).


Rabu, 21 April 2010

Kartini

Seandainya Kartini Berjilbab

Pemandangan umum yang terlihat pada bulan April, dimanapun, di Tanah Air ini, adalah perayaan hari Kartini. Sekolah-sekolah mengadakan aneka lomba busana daerah, di perkantoran para karyawannya tak ketinggalan memakai busana daerah, sampi-sampai ada semacam kewajiban bagi para penyiar televisi untuk menggunakan busana daerah pada tanggal 21 bulan itu. Pakaian kebaya jawa rata-rata mendomunasi busana daerah pada perayaan itu agar mirip dengan penampilan Kartini, demikian alasan yang dikemukakan.
Kartini adalah seorang gadis Jawa yang fenomenal, yang sontak menjadi terkenal di seantero Nusantara gara-gara perlawanannya terhadap pemasungan hak-hak wanita yang dialaminya sebagai gadis Jawa. Semuanya diungkapkan dalam surat-menyurat yang dikirimkannya kepada temannya, seorang gadis Belanda. "Perlawanan"-nya ini kelak dijadikan semacam inspirasi bagai para wanita Indonesia untuk meneriakkan selogan emansipasi. Tetapi sayangnya, sejarah mencatat, seorang kartini belum bisa berbuat banyak kepada kaumnya pada saat itu, kecuali hanya bisa mengeluh dan mengadu kepada teman korespondensinya yang nun jah di Belanda saat itu. Sebagai gadis jawa, dia tetap tak bisa mengelak ketika harus dimadu oleh sang Raja, yang bukan merupakan idaman hatinya.
Sebagai sebuah simbol perjuangan, kita dapat menerima apa yang telah disuarakan oleh seorang kartini. Tetapisayangnya, penghargaan terhadap apa yang diperjuangkan beliau agaknya terlalu dibesar-besarkan karena sesungguhnya masih banyak "kartini-Kartini" lain yang lebih fenomenal perjuangannya ketimbang kartini, tetapi belum mendapatkan penghargaan yang lebih banyak daripada beliau. Sebut saja, perjuangan Dewi Sartika di Pasundan, lalu Tjut nYak Dien di Tanah Rencong yang lebih bewrnuansa agamis.
Tanpa bermaksud mengecilkan arti perjuangan beliau, agaknya kita perlu mengevaluasi kembali perayaan-perayaan yang dianggap lazim oleh anak-anak kita, khususnya yang bersekolah di sekolah-sekolah Islam. Masih banyak kita lihat sekolah-sekolah Islam merayakan Hari Kartini dengan menampilkan siswi-siswinya berbusana ala Kartini, yang notabene memakai kebaya Jawa yang super ketat dan memakai sanggul, plus dandanan yang menor. agaknya kita perlu mereposisi kembali perayaan-perayaan yang demikian. Penghargaan atas suatu perjuangan tentu tak harus dilakukan dengan cara seperti itu. Mengapresiasi sebuah pemikiran cukuplah kiranya dengan tetap menggunakan identitas anak-anak kita sebagai seorang Muslimah, tanpa harus meninggalkan jilbabnya.
Jilbab bagi seorang muslimah bukan sebuah simbol. Artinya, jolbab bukanlah sesuatu yang memilii fungsi sebagai tanda agama dari orang yang memakainya. Jilbab tidak seperti itu. Berbeda halnya dengan kalung salib yang dikenakan seseorang menjadi simbol bahwa dia adalah seorang Nasrani. Lebih daripada itu, seorang muslimah diperintahkan oleh Allah Swt. untuk menutup aurat tubuhnya. Jilbab sendiri biasanya disebut kerudung, jilbab, dan selendang yang diletakkan di atas kepala.
Allah Swt. berfirman,

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung di dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang ang beriman supaya kamu beruntung, (QS An-Nur [24]:31).

Al-Jaib dalam ayat di atas bermakna ujung pakaian di bagian dada yang terbuka. Maksudnya, hendaknya para wanita Muslimah menutupkan kerudung ke kepala, dada bagian atas, dan leher mereka.
Kandungan ayat di atas merupakan perintah Al-Qur'an dan bukan sesuatu yang dihasilkan oleh ijtihad para fukaha. Itu adalah perintah langsung dariAllah Swt. "...Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka..." (QS Al-Ahzab [33]: 59).
Karena itu, Tanpa bermaksud mengecilkan arti perjuangan dari seorang Kartini, Jadikanlah momentum Hari Kartini sebagai hari ketika kita sama-sama mengevaluasi kembali makna "emansipasi" yang telah beliau usung dengan menggunakan norma-norma yang Islami. Bukankah yang terpenting dari perjuangan beliau adalah "semangat atau spiritnya" bukannya "penampilannya". Karena itu, mengapa kita masih terjebak dengan perayaan-perayaan yang bersifat seremonial?.
Semangat perjuangan hak-hak wanita yang diprakarsai oleh seorang Kartini bukanla sesuatu yang baru. Sebab, Islam sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat seorang wanita. Salah satu bentuk kemuliaan  seorang wanita adalah dengan menutup auratnya, melalui jilbab. Inilah salah satu bentuk kemuliaan seorang wanita. Perjuangan beliau melawan kesemena-menaan seorang pria pada zaman itu sesungguhnya adalah  sudah dijawab oleh Islam. Islam menjunjung tinggi martabat seorang ibu, memberi tempat yang layak bagi seorang istri yang salehah, tentu dengan tak membiarkan auratnya terbuka. Ah, andai saja Kartini berjilbab. (oleh Asfa Davy Bya).

Rabu, 31 Maret 2010

Hati Yang Sehat, Hati Yang Mati, dan Hati Yang Sakit

Pertama: Hati Yang Sehat
Hati yang sehat adalah hati yang tidak akan selamat pada hari kiamat, kecuali orang yang bertemu Allah swt dengan membawanya. seperti firman Allah swt berikut,

Di hari harta dan anak -anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.  (as-Syu'ara' (26): 88:89)

 As-Salim (yang bersih) adalah as-Salim (yang selamat). Al-Qur'an memakai perumpamaan seperti ini karena untuk mensifati. seperti kata ath-Thawil (yang panjang), al-Qashir (yang pendek).
As-salim al-Qalb (hati yang bersih) adalah hati yang keselamatan  (as-Salamah) telah menjadi sifatnya yang tetap. Seperti halnya al-Qadir (yang berkuasa), ungkapan ini berarti al_qudrah (kekuasaan) telah menjadi sifatnya yang tetap. Contoh lain adalah al-Alim (yang berilmu). As-salim dapat juga berarti lawan dari al-Maridh, as-Saqim, al-Alil (yang sakit).
Orang-orang berbeda ungkapan dalam membawakan makna al-Qalbu as-Salim. Ada yang mengartikan hati yang sehat, hati yang bersih, atau hati yang selamat. Dari ragam ungkapan ini maksudnya adalah sama, yaitu bahwa al-Qalbu as-Salim adalah hati yang bebas (selamat) dari seluruh syahwat (keinginan) yang melanggar perintah Allah swt dan larangan -Nya dan dari seluruh perkara syubhat.
Yang demikian itu bearti bebas dari 'ubudiah (penghambaan) kepada selain Allah swt dan bebas dari berhukum yang bukan berasal dari Rasul-Nya. Cintanya kepada Allah tidak dimadu dengan yang lain. Tidak pula menduakan rasa takutnya, harapannya, dan tawakkalnya kepada-Nya. Bertaubat kepada-Nya, merendah untuk-Nya, dan selalu mengutamakan keridhaan-Nya dalam segala hal, serta dengan segala cara menjauhkan diri dari murka-Nya. Itulah hakikekat 'ubudiah (penghambaan) yang sesungguhnya, yang ditujukan hanya kepada Allah swt saja.
Al-Qalbu as-Salim adalah hati yang tidak menyekutukan Allah swt dengan cara apa saja, hati yang menyucikan penghambaannya kepada Allah swt (dari yang selain Allah)  dalam kehendak, cinta, tawakkal, taubat, takut, dan harap.Mengikhlaskan perbuatannya untuk Allah swt. Bila bercinta karena Allah dan bila benci juga karena Allah, bila memberi untuk Allah, dan bila menahan untuk Allah swt.
yang demikian itu belum cukup baginya sebelum membebaskan diri dari sikap tunduk, patuh, dan berhukum dari yang bukan berasal dari rasulullah saw, bertekat untuk patuh mengikutinya saja, tidak kepada orang lain, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Perkataan hati adalah ideologi. adapun perkataan  lisan adalh berita apa yang bersemayam di dada, sedangkan perbuatan hati adalah iradah (kehendak), mahabbah (cinta), dan karahah (benci) beserta seluruh akibatnya. Hakim bagi seluruh tindakan tersebut adalah ajaran yang dibawa oleh Rasullullah saw yang tidak boleh menetapkan suatu keyakinan, perbuatan, dan tindakan, sebelum ada ketetapan darinya. Seperti dalam firman Allah swt yang berbunyi,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.    (al-Hujurat (49):1)

Dengan arti lain, janganlah kalian berkata sebelum Rasullullah saw berkata dan janganlah kalian berbuat sebelum diperintah.
Sebagian kalangan salaf berpendapat bahwa semua perbuatan, meski kecil, diiringi oleh dua pertanyaan, mengapa dan bagaimana? Atau mengapa engkau kerjakan dan bagaimana engkau kerjakan?.
Pertanyaan pertama adalah tentang sebab perbuatan, motivasi dan dorongannya. Apakan motivasinya karena keinginan pelaku an sich, sebagai upaya menggapai tujuan duniawi, mabuk pujian manusia, atau karena takut dari mereka, atau motivasi perbuatannya hanya menjalankan hak 'ubudiah (kewajiban hamba kepada Tuhannya) dan mengharap kedekatan kepada Allah swt, serta mencari wasilah kepada-Nya. Jelasnya, apakah Anda melakukan perbuatan untuk Tuhan Anda Atau Anda melakukannya untuk memenuhi hasrat keinginan Anda semata?
Pertanyaan kedua adalah tentang sikap mengikuti Rasullullah saw dalam menjalankan kewajiban seorang hamba. Artinya apakah tindakan Anda sesuai dengan apa yang telah Allah syariatkan melalui lisan utusan-Nya?. Atau malah sebaliknya, yang tidak lain adalah perbuatan yang tidak pernah Allah undangkan dantidak Allah ridhai?
Pertanyaan pertama tentang keikhlasan, sedangkan yang kedua tentang mutaba'ah (siapa yang diikuti). Karena sesungguhnya Allah swt hanya menerima perbuatan yang dilakukan dengan keduanya. Cara keluar dari pertanyaan pertama adalah dengan memurnikan keikhlasan.
Adapun cara keluar dari pertanyaan kedua adalah dengan memantapkan mutaba'ah (mengikuti Rasullullah saw) dan keselamatan hati dan kehendak yang merusak keikhlasan dan nafsu yang menentang ittiba'. Yang demikian itu adalah hakekat kalbu yang menjamin keselamatan dan kebahagiaan.

Kedua: Hati Yang Mati
Hati ini adalah lawan dari hati yang pertama. Itulah hati yang mati, yang tidak mengenal Tuhannya, tidak menyembah-Nya sesuai perintah-Nya dan apa yang disenagi dan diridhai-Nya. Hati yang selalu memperturutkan hawa nafsu dan kesenangannya, meski yang demikian itu mendatangkan amarah dam murka Tuhannya. Dia tidak peduli apakah dengan memuaskan nafsu dan hasratnya, tuhannya rela atau murka.
Hati yang seperti ini menjadi budak selain Allah swt  dalam cinta, takut, rela, murka, mulia, dan hina. Bila bercinta karena hawa nafsunya, bila memberi karena keinginannya untuk mrmberi, dan bila menahan karena nafsunya melarang untuk memberi. Hawa nafsunya lebih dicintai dari pada tuhannya. Hawa nafsu sebagai imannya, syahwat sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai sopirnya, dan lalai sebagai kendaraanya.
pikirannya dipenuhi oleh keinginan menggapai tujuan-tujuan duniawi, mabuk hawa nafsu, dan gila kemewahan. dari kejauha diseru untuk kembali kepada Allah swt dan hari akhirat, tetapi tidak mempedulikan sang penasehat. Bahkan sebaliknya, mengikuti setan yang menyesatkan. Dunia telah membuatnya mabuk dan lalai. Hawa nafsu membuatnya tuli dari segalanya selain yang batil. Hidupnya di dunia sebagaimana syair tentang,

Siapa dekati Laila
Membuatnya mabuk cinta
ketahuilah, bergaul dengan pemilik hati yang seperti ini adalah penyakit, 
racun yang mematikan, dan penyebab kebinasaan.

Ketiga : Hati yang Sakit
Kategori ketiga adalah hati yang hidup tetapi sakit. Hati seperti ini mempunyai dua materi utama, yang terkadang salah satunya lebih domonan daripada yang lain.
Di dalam hati yangh seprti ini terkandung mahabatullah (mencintai Allah), mempercayai-Nya, ikhlas mengabdi untuk-Nya, serta sikap tawakkal kepada-Nya. Inilah yang menjadi materi kehidupan.
selain itu, juga terdapat rasa cinta terhadap hawa nafsunya, lebihy mengutamakannya dan berhasrat memenuhi segala keinginannya, sikap iri, dengki, sombong, ujub, mabuk pangkat, dan jabatan. Inilah sumber kebinasaan hati.
hati yang seperti ini menjadi objek seruan dari dua sisi. Satu sisi mengajaknya kembali kepada Allah dan rasul-Nya serta hari akhir, sedangkan sisi lain mengajaknya kepada kemewahan duniawi. Dari keduanya Hati, hati akan memenuhi ajakan mana yang pintunya lebih dekat kepadanya.
Kesimpulannya, hati yang pertama adalah hati yang sehat, lembut, dan penuh kesadaran, sedangkan hati yang kedua adalah hati yang kering dan mati. adapun hati yang ketiga adalah hati yang ketiga adalah hati yang sakit, apakah lebih dekat kepada keselamatan ataukah lebih dekat kepada kebinasaan.

(Dikutip dari buku Tombo Ati, cerdas mengobati hati sendiri oleh Maghfirah pustaka, terjemahan dari buku asli Thibb al-Qulub oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)


















Minggu, 21 Maret 2010

Betapa Indahnya Cinta- Mu

Kau lahirkan aku dari ketiadaan dan tiba-tiba saja diri ini hadir di dunia-Mu

kemudian kau lindungi jiwaku dari kebodohan

telingaku mulai mendengar,..ku mulai pula tuk melihat kebesaran-Mu
hati ini mulai merasakan dan kaki kecil inipun mulai melangkah

tuk belajar mencoba kehidupan

lalu,.. satu persatu ujian Kau hadirkan untukku, terkadang menggores di hati.    namun,..

hamparan cinta-Mu slalu datang membawa obat dan kesejukan,.

membuatku semakin dekat kepada-Mu

memang ada duri di setiap langkah ini,   namun ada makna kemudian..

ya Allah,.. dengan apa kuharus bersyukur, dengan apa pula kuraih ampunanmu

ku tak punya bulan,..  ku tak punya bintang yang akan kuberikan

Beribu sujudkupun takkan pernah mampu tuk  membalas  cinta-Mu

Kedudukan Hati

Hati adalah raja yang menggerakkan seluruh anggota badan. Hati bersemayam di dalam dada, dilindungi, dikelilingi, dan dilayani oleh seluruh anggota badan yang lain. Hati merupakan anggota badan manusia yang paling mulia. Dengan hati pilar-pilar kehidupan kokoh berdiri. Hati juga menjadi sumber semangat hewani dan kebuasan nafsunya.
Hati merupakan sumber inspirasi akal, ilmu, kesabaran, keberanian, kemuliaan, cinta, kehendak, kerelaan dan seluruh sifat-sifat yang terpuji. Seluruh anggota badan baik yang tampak maupun yang tersembunyi beserta seluruh kekuatannya, tidak lain hanyalah sebagai prajurit hati.
Mata adalah prajurit hati yang berada di garis depan, yang menyuguhkan segalanya pemandangan yang ia lihat. Bila melihat sesuatu dengan cepat, mata mengirim sinyalnya ke hati. Karena eratnya ikatan hati dengan mata, bila ada sesuatu bersemayam di dalam hati akan muncul di mata. Ia adalah cermin yang menerjemahkan isi hati kepada orang yang memandangnya. Seperti halnya lidah sebagai juru bicara yang mendendangkan seluruh isi hati untuk didengar.
Oleh sebab itu, Allah Swt. sering menyertakan sebutan ketiganya di dalam kitab sucinya. Seperti salah satu firman-Nya berikut ini,
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (al-Isra'(17):36)
Di lain ayat Allah menyertakan hati dengan penglihatan, seperti dalam firman-Nya,
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka.         (al-An'am(6):110)
Demikian juga dengan telinga, ia adalah utusan hati yang menyampaikan kepadanya segala informasi yang ia dengar. Dermikian juga halnya dengan lidah, yanmg tidak lain adalah juru bicara hati. Secara ringkas dapat kita sebut bahwa seluruh anggota badan adalah dayang-dayang dan tentara-tentaranya hati. Rasulullah Saw. bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Bila ia baik maka baiklah seluruh badannya, dan bila buruk, maka buruklah semuanya, Ia adalah hati."
Abu hurairah ra berkata, "hati adalah raja dan anggota badan adalah bala tentaranya. Bila rajanya baik, baik pula pasukannya dan bila jahat, maka jahat pula pasukannya."

 (Diikutip dari buku Tombo Ati, cerdas mengobati hati sendiri terjemahan dari 
karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 
dari judul asli Thibb al-Qulub, Maghfirah pustaka)